Petra Elang Pradana /1106023096
Logika dikenal sebagai cabang dari filsafat namun juga merupakan bagian atau cabang dari matematika. Kata logika berasal dari kata logos dari Herakleitos yang berarti aturan, prinsip, atau kata-kata yang menjelaskan realitas. Dari sejarah filsafat, kita mengenal seorang tokoh Yunani kuno yakni Aristoteles, filsuf pertama yang membeberkan hal-ihwal mengenai logika secara gamblang. Tradisi penggunaan logika dalam matematika sudah sangat lama digunakan, sehingga keduanya saling melengkapi dan tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya. Bahkan matematika adalah sebuah “logika murni” menurut Betrand Russel dan Alfred North Whitehead. Logika disamping dipandang sebagai ilmu, dapat dipahami juga sebagai asas pengaturan alam dan isinya dikembangkan oleh manusia. Alam yang terkesan tidak teratur pada awalnya tak terpahami pelan-pelan tapi pasti mulai terpahami. Pemaknaan dan pengaturan berkembang dari waktu ke waktu secara sistematis dan komprehensif. Peran logika disana yaitu, mulai dari penamaan benda-benda berdasarkan prinsip identitas hingga penemuan beragam hubungan antara unsur alam melalui penalaran analogis, deduktif, dan induktif. Berbagai persoalan kehidupan manusia dapat terselesaikan dengan logika sehingga logika dapat meningkatkan kualitas hidupnya dan mengembangkan peradaban seperti yang kita saksikan sekarang.
Pengertian dari logika yang lainnya yakni kajian tentang kebenaran khusus atau fakta dan llogika sebagai kajian ciri-ciri atau bentuk umum dari putusan. Sebagai kajian tentang kebenaran khusus, logika merupakan ilmu pengetahuan yang bertujuan menjelaskan kebenaran atau fakta tertentu sama halnya dengan ilmu pengetahuan lain yang bertujuan menjelaskan kebenaran lainnya. Konsepsi logika sering dekat diasosiasikan dengan satu pernyatan yang diperoleh dengan menggunakan logika secra fundamental tentang kesimpulan-kesimpulan tertentu dan tentang konsekuensi logis dari tiap kesimpulan itu.
Sedangkan sesat pikir yaitu, kekeliruan dalam penalaran berupa penarikan kesimpulan-kesimpulan dengan langkah-langkah yang tidak sah, yang disebabkan oleh dilanggarnya kaidah-kaidah logika. Jadi, poin penting dari sesat pikir adalah sesuatu hal yang diperbincangkan mungkin terasa benar tetapi setelah diuji terbukti tidak benar. Sesat pikir biasanya diikuti pikiran subjektif seseorang yang berupa opini semata. Menurut Copi (1986), sesat pikir digolongkan menjadi dua yakni sesat pikir formal dan sesat pikir nonformal.
Sesat pikir formal yaitu penalaran ditentukan oleh bentuknya, jika tidak sesuai dengan bentuk deduksi yang baku, maka penalaran itu tidak sah dan tergolong sesat pikir. Sedangkan sesat pikir nonformal yaitu, sesat pikir jenis ini merupakan kesalahan penarikan kesimpulan oleh karena penarikan kesimpulan ini berasal dari pikiran individualis yang merasa kesimpulannya itu benar. Jenis-jenis sesat pikir nonformal ini dibagi menjadi 19 sub bagian namun akan diterangkan lima yang paling sering digunakan oleh individu untuk menarik kesimpulan yang salah. Diantaranya:
1. Salah guna, penyalahgunaan pertimbangan-pertimbangan yang secara logis tidak relevan misalnya premis pertama Parpol dan Golkar mendukung Orde Baru premis kedua Golkar yang melahirkan Orde Baru dan kesimpulanya menjadi Golkar yang paling mendukung Orde Baru.
2. Ber-argumen secara personal, penarikan kesimpulan berdarkan ketidaktahuannya sendiri, berdasarkan belas kasihan, berdasarkan kepentingan lain, berdasarkan cirri-ciri tak essential dan lain-lain.
3. Perumusan yang tergesa-gesa, didasari oleh alasan yang tak memadai atau tanpa alasan sama sekali.
4. Sebab yang salah, kesalahan jenis ini pembuatan kesimpulan berdasrkan satu dugaan yang tak terbukti dan tetap dipertahankan meskipun bukti menunjukan kesimpulan itu salah.
5. Makna ganda, argumen-argumen yang menggunakan term yang bermakna ganda sehingga kesimpulannya tidak jelas dan dapat berubah-ubah berdasrkan pemaknaan terhadap term itu. Argumentasi dengan makna ganda merupakan sesat pikir karena makna kata dapat dipilih untuk maksud-maksud tertentu.
Daftar Pustaka
Takwin, Bagus, Lamussin Finoza, H. Zakky Mubarak. 2011. Program Pengembangan Kepribadian Pendidikan Tinggi. Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI