Hari ini tepatnya tanggal 21 April 2014, merupakan hari yang bersejarah bagi Indonesia. Ya tepat sekali, hari ini adalah hari Kartini. Tanggal kelahiran Ibu kita Raden Ayu Kartini diperingati sebagai hari nasional dikarenakan jasanya mempelopori kebangkitan perempuan di Indonesia. Pada zaman penjajahan Belanda, rakyat jelata terutama perempuan dilarang keras untuk mempelajari suatu ilmu apalagi membaca, namun Kartini karena berasal dari kaum bangsawan pada saat itu, diperbolehkan sekolah. Tapi, sosok pahlawan yang satu ini tidak egois seperti kebanyakan pemimpin saat ini. Kartini menginginkan perubahan untuk kaum perempuan dengan menulis surat-surat kepada temannya di Belanda hingga karya-karyanya dimuat oleh majalah-majalah eropa pada saat itu, merupakan gerakan yang cukup anti mainstream dimana perempuan pribumi di Indonesia saat itu merupakan kaum dengan status sosial yang rendah.
Setelah wafatnya Kartini, Mr. J.H Abendanon sahabat yang sekaligus Menteri Kebudayaan, Agama dan Kerajinan Hindia Belanda menerbitkan sebuah buku yang berasal dari surat-surat Kartini dengan judul “Door Duisternis tot Licht” atau Habis Gelap Terbitlah Terang”. Dari situlah, pemikiran-pemikiran Kartini mengubah pandangan rakyat Belanda terhadap perempuan pribumi di Jawa, Sehingga timbulah gerakan-gerakan perjuangan terhadap hak-hak perempuan yang memunculkan emansipasi perempuan pertama di Indonesia.
Sikap yang berani untuk bersikap anti mainstream inilah yang menjadi tauladan menurut penulis. Sikap tidak mau menerima begitu saja perlakuan ataupun sistem yang membuat kita hidup tidak harmonis harus kita tentang dengan pemikiran-pemikiran kritis kita. Merasa memiliki bangsa yang masih tertindas, bangsa yang masih menjadi permainan kaum “berduit”, bangsa yang masih menjadi konsumen dan bangsa yang besar namun dipandang kecil oleh dunia, harusnya menjadikan motivasi kita untuk hidup maju dan mandiri melalui perbuatan kecil kita mengubah dunia contohnya adalah menulis.Tulisan yang menarik, tulisan yang kritis dan tulisan mampu mengubah pemikiran merupakan salah satu cara untuk membuat bangsa ini lebih maju. Tengok saja D’Anton, Marat, dan Robespierre tokoh sentral yang berperan dalam Revolusi Perancis pada 14 Juli 1789 terinspirasi dari penulis Voltaire, Multatuli yang mengkritisi praktek kolonial Belanda di Indonesia dan menjadi menginspirasi para politisi Belanda untuk menggulirkan politik etis, dan masih banyak lagi penulis yang menjadi inspirasi suatu gerakan perubahan.
Nah momentum hari kartini inilah sebagai peringatan bangsa Indonesia kan pentingnya budaya menulis dan budaya berpikir kritis. Tulisan-tulisan yang kritis dan mampu membangkitkan semangat perubahan sangat diperlukan dalam negeri ini. Lalu bagaimanakah tulisan yang terdiri dari kalimat-kalimat mampu mengubah bangsa? Tulisan yang menarik dan kritis akan menarik perhatian orang-orang untuk membaca dan dengan menarik masa untuk membaca inilah yang menjadi kesempatan penulis untuk memengaruhi pemikiran orang-orang. Tidak hanya itu, kekuatan penulisan juga menjadi indikator kemajuan. Lihat saja Amerika, Jepang negara yang nomor satu di bidang teknologi, banyak sekali tiap tahunnya publikasi jurnal yang berasal dari sana, membuktikan bahwa mereka sangat minat sekali untuk mengembangkan teknologi maupun perkembangan sosial-budaya menjadi masyarakat yang modern dan mandiri. Indonesia sebenarnya masih sangat kurang tokoh-tokoh seperti Kartini sosok pahlawan yang tidak hanya berhenti dalam pemikiran tetapi juga aksi melalui tulisan. Semangat menulis J