PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir) sangat penuh pro dan kontra untuk membuatnya di Indonesia. Beberapa pro dan kontra mewarnai pembangunan pembangkit bertenaga Uranium 238 dan 235 ini. Puncak terjadi penolakan PLTN ini yakni bertepatan ketika pembangkit Fukushima Jepang meledak akibat tsunami 2010. Berbagai LSM, Masyarakat umum menilai Indonesia belum siap untuk teknologi nuklir karena Jepang yang notabene negara maju saja kewalahan menangani penyebaran radioaktif akibat pembangkit Fukushima.
Ketidakpercayaan masyarakat Indonesia akan kemampuan ahli nukir Indonesia sempat membuat peneliti dan ahli nuklir Indonesia kecewa seakan kemampuan mereka dikurang percaya di negeri sendiri. Namun semua itu dibantah oleh Asosiasi Nuklir Dunia (World Nuclear Association). Indonesia diyakini sebagai 13 Negara Terbaik Dalam Mengoperasikan Reaktor Nuklir (sumber: Kementrian Energi dan Sumber Daya Alam). BATAN (Badan Atom Nasional) sudah dibangun sejak 1954 dan didedikasikan untuk kemajuan teknologi Indonesia dibidang atom dan radioaktivitas termasuk nuklir. Sudah lebih dari 50 tahun Indonesia merancang nuklir sebagai sumber bahan bakar baru tetapi tidak dipercaya oleh masyarakat sendiri. Sedangkan Malaysia yang baru 5 tahun riset PLTN sudah ingin membangun PLTN. Perbandingan belajar Indonesia dan Malaysia tentu lebih mampu Indonesia tetapi berbagai penolakan membuat mimpi ilmuan Indonesia harus tertahan.
Uranium sendiri kandungannya banyak di Indonesia diantaranya, limbah petrokimia Gresik, Mamuju dan lain-lain yang dicurigai yakni Freeport Papua. Uranium memiliki energi yang lebih besar daripada batu bara, minyak bumi dan gas alam saat proses reaksi fisi pada reaktor. Sebagai perbandingan liat gambar dibawah ini
Jadi untuk 21 ton uranium setara dengan 930 ribu ton gas alam, 1,46juta ton minyak bumi dan 2,21 juta ton batu bara Untuk menghasilkan daya 1000MW dalam setahun. Bayangkan betapa efisiensinya uranium ini.
Di
Indonesia, ide pertama untuk pembangunan dan pengoperasian PLTN
sudah dimulai pada tahun 1956 dalam bentuk pernyataan dalam seminar-seminar
yang diselenggarakan di beberapa universitas di Bandung dan Yogyakarta.
Meskipun demikian ide yang sudah mengkristal baru muncul pada
tahun 1972 bersamaan dengan dibentuknya Komisi Persiapan Pembangunan
PLTN (KP2PLTN) oleh Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) dan Departemen
Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik (Departemen PUTL). Kemudian
berlanjut dengan diselenggarakannya sebuah seminar di Karangkates,
Jawa Timur pada tahun 1975 oleh BATAN dan Departemen PUTL, dimana
salah satu hasilnya suatu keputusan bahwa PLTN akan dikembangkan
di Indonesia. Pada saat itu juga sudah diusulkan 14
tempat yang memungkinkan di Pulau Jawa untuk digunakan sebagai
lokasi PLTN, dan kemudian hanya 5
tempat yang dinyatakan sebagai lokasi yang potensial untuk
pembangunan PLTN.
Pada perkembangan selanjutnya setelah dilakukan beberapa studi tentang beberapa lokasi PLTN, maka diambil suatu keputusan bahwa Semenanjung Muria adalah lokasi yang paling ideal dan diusulkan agar digunakan sebagai lokasi pembangunan PLTN yang pertama di Indonesia. Disusul kemudian dengan pelaksanaan studi kelayakan tentang introduksi PLTN yang pertama pada tahun 1978 dengan bantuan Pemerinatah Itali, meskipun demikian, rencana pembangunan PLTN selanjutnya terpaksa ditunda, untuk menunggu penyelesaian pembangunan dan pengoperasian reaktor riset serbaguna yang saat ini bernana “GA Siwabesy” berdaya 30 MWth di Puspiptek Serpong.
Skema Kerja PLTN
Prinsip kerja PLTN hampir mirip dengan
cara kerja pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berbahan bakar fosil
lainnya. Jika PLTU menggunakan boiler untuk menghasilkan energi
panasnya, PLTN menggantinya dengan menggunakan reaktor nuklir.
PLTN memiliki prinsip kerja di dalam reaktor terjadi reaksi fisi (bahan bakar uranium
sehingga menghasilkan energi panas, kemudian air di dalam reaktor
dididihkan, energi kinetik uap air yang didapat digunakan untuk memutar
turbin sehingga menghasilkan listrik untuk diteruskan ke jaringan
transmisi.
Saya sendiri sebelumnya masih dalam pihak netral dalam dukungan PLTN Indonesia, tetapi setelah berkunjung ke BATAN beberapa hari yang lalu, membuka wawasan saya jika Indonesia mampu kok membuat Uranium untuk diolah menjadi Bahan Bakar PLTN. Laboratorium-laboratorium BATAN sering dikunjungi baik peneliti nasional maupun Internasional untuk belajar bagaimana pengolahan uranium sampai pada reaktornya sendiri. Penelitinya? Siapa bilang orang luar? Justru semua berasal dari Indonesia, bahkan sebelum Iran yang hebat dengan nuklirnya, peneliti Iran belajar di BATAN untuk mengembangkan teknologi nuklir.
Kembali ke laboratorium BATAN, walau hanya mengunjungi laboratorium pengolahan uranium sampai menjadi uranium sinter kesan saya pertama kali adalah safety. Dimana segala kemungkinan terburuk diminimalkan, bebas dari udara luar, higienis dan alatnya canggih-canggih. Segala bentuk radiasi yang mungkin terapapar diperiksa dalam tubuh dan dianalisa. Hasil penelitian dari BATAN banyak diaplikasikan dalam bidang kesehatan seperti alat deteksi batu ginjal, baju anti radioaktif dan lainnya kebanyakan belum dikomersialkan karena kurang mendapat support. Jadi, tidak perlulah takut PLTN dibangun di Indonesia toh emisi yang dihasilkan nol alias non emisi dan daya yang dihasilkan cukup untuk seluruh Indonesia. Limbahnya sendiri siapa bilang dibuang ke lingkungan? Berdasarkan pernyataan peneliti BATAN, limbahnya akan menghasilkan energi baru yakni Plutonium dengan lebih sensitif daripada uranium yang berarti mudah bereaksi dan menghasilkan energi lagi. Untuk pencegahan radioaktifnya, serahkan pada peneliti Indonesia beri mereka kepercayaan untuk maju sehingga dengan dorongan dari dalam negeri menjadi penyokong untuk terus berinovasi menghasilkan teknologi-teknologi untuk Indonesia lebih baik.
Majulah ilmuwan Indonesia dan Nuklir Indonesia!!!
Referensi:
http://indone5ia.wordpress.com/2012/02/17/prinsip-kerja-pembangkit-listrik-tenaga-nuklir/
http://id.wikipedia.org/wiki/Uranium
http://www.radarbangka.co.id/berita/detail/global/53/pltn-bisa-ubah-kultur-masyarakat-babel.html
http://www.batan.go.id/ppen/tu/Sejarah%20PLTN.htm
http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/12/03/05/m0f6c1-dinilai-bencana-greenpeace-tolak-pltn-di-indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar