Sabtu, 23 November 2013

Berbagai Pelajaran Kehidupan di Usia 20

 Hari ini, dua puluh tahun yang lalu tepatnya pukul 23.30 aku dilahirkan ke dunia oleh seorang wanita hebat dalam perjalanan hidupku, Ibuku. Ibu dan Ayahku yang selalu mendukung segala aktivitasku, yang tak berhenti-hentinya aku selalu meminta doa dari orang tua untuk kesuksesan hidupku. Terima kasih untuk kedua orang tuaku di Kebumen, Jawa Tengah. Aku merantau ke tanah kelahiranku, Depok untuk mendapatkan gelar strata satu mengejar apa yang Tuhan kehendakan kepadaku.

Aku melihat kronologi profilku di facebook, hmm ujarku, begitu banyak teman-teman yang mengucapkan selamat ulang tahun kepadaku, tidak hanya itu dari pagi tadi hingga malam ini, banyak pesan, WA bahkan BBM masuk ke handphoneku untuk sekedar mengucapkan selamat ulang tahun. Aku berfikir lagi, ternyata banyak yang peduli kepadaku, banyak yang masih mau meluangkan waktunya untuk sekedar menulis ucapan selamat kepadaku. Teman-teman tercinta, aku menghormati kalian sebagai temanku, pengisi kehidupanku selama dua puluh tahun perjalananku. Aku senang, Tuhanku yang amat baik memberikan teman-teman yang begitu sayang kepadaku ya aku tuliskan lagi “Aku sangat Bersyukur”. Hanya ucapan terima kasih saja yang mampu kuucapkan kepada teman-temanku disana semoga kita semua dapat  menjadi pemuda bangsa yang mencintai bangsa dan negara ini.

Masuk Kuliah dengan Keajaiban

Ajaib dan tidak percaya, sampai sekarang aku merasakan mukjizat Tuhan yang paling nyata dalam kehidupanku. Aku akan bercerita ketika di masa akhir SMA dimana teman-temanku sudah masuk bimbingan SNMPTN tertulis untuk persiapan masuk kuliah namun aku justru terjebak dengan seleksi masuk sekolah tinggi STIS. Menjadi polisi adalah kata pertama yang Ayahku katakan ketika aku sudah lulus SMA. Ayahku seorang polisi yang sekarang bertugas di Wonosobo, beliau adalah salah satu dari juri untuk masuk AKPOL, Semarang. Mungkin bagi pembaca, itu adalah kesempatan bagus? Tetapi aku tentu tidak menutup mata dengan segala kekuranganku, background keluargaku dan lain-lainya setelah aku pertimbangankan dengan matang-matang aku berkata kepada Ayahku bahwa aku ingin masuk sekolah tinggi dan menolak menjadi seorang POLISI.

Bulan Mei 2011, aku mendaftarkan diri sebagai calon dari murid STIS diantara 3000 pendaftar lebih dan puji Tuhan aku lolos tahap administrasi, seleksi tes tertulis hingga psikotes yang dikerucutkan menjadi 100 orang. Di bulan itu, banyak teman-temanku yang sudah les sana-sini tetapi aku yakin akan masuk sekolah tinggi tersebut karena tinggal beberapa tahap lagi. Sebelum itu, aku secara beruntung masuk dalam 25 besar siswa dikelas yang berhak mendapat kesempatan undangan ke perguruan tinggi negeri karena saat itu kami sebagai kelinci percobaan untuk SNMPTN Undangan. Tebak aku diperingkat berapa? 21 dari 25 jadi aku tidak menaruh harapan besar pada kesempatan itu maka aku menulis saja secara asal dengan Universitas pertama yaitu UI jurusan Sistem Informasi, Teknik Perkapalan dan Sastra Jepang. Universitas kedua yaitu UGM jurusan teknik mesin, dan teknik Nuklir. Apa mau dikata, pengumuman akhir bulan Mei 2011 ternyata tidak meloloskan aku untuk masuk ke sekolah tinggi tersebut. Oke SNMPTN tertulis siap didepan mata dengan tanpa persiapan, aku sempat menyesal kenapa aku tidak masuk POLISI saja yang peluang masuknya lebih besar. Dengan kerendahan hati aku selalu berdoa pada Tuhan, Ingat sekali kata-kataku begini “ Tuhan, aku pasrahkan masa depanku kepadamu, aku percaya Engkau memberikan yang terbaik untukku agar aku bisa membahagiakan orang tuaku kelak”. Aku termenung dan selalu bersedih dikala itu hingga malam prom night SMA diadakan, ternyata hari itu bertepatan dengan pengumuman SNMPTN Undangan, aku melihat banyak teman-teman yang tidak diterima dengan peringkat diatasku. Aku menjadi putus asa kala itu, aku yakin aku tidak akan diterima karenaku memilih secara asal. Deng-deng ternyata aku diterima di UI dengan jurusan Teknik Perkapalan. Bahagia kala itu namun satu yang menjadi pahit dikala temanku berkata “Pet kan yang paling bagus perkapalan ITS, UI mah jelek kalau perkapalannya” aku jawab dengan kata “Bodo amat yang penting aku diterima haha”. Ternyata benar saja perkapalan UI masih akreditasi B, dengan bangga aku tulis seperti itu karena memang tidak mudah menjadi  A apalagi di universitas yang nomor satu di Indonesia tetapi prospek kerja setelah aku lulus ternyata melimpah, namun prodinya sendiri masih jarang-jarang di Indonesia dan aku sangat bersukur pada Tuhan, ini keajaiban yang aku terima selama hidupku dan aku akan terus bersaksi bahwa Engkau real nyata dalam kehidupan.  Satu yang menjadi pelajaran adalah janganlah kita merasa takut dengan apa yang belum pernah terjadi pada diri kita SENDIRI dan jangan lupakan Tuhan dalam setiap pengambil keputusan dalam hidupmu.
  
Tidak mendapat beasiswa

Duduk di bangku kuliah di universitas yang terkenal di Indonesia, bolehlah sedikit bangga. Apalagi disemester lima yang notabenenya sudah mencapai level ketiga sebagai mahasiswa, ya sudah besar sudah cukup untuk memimpin kepengurusan di tingkat fakultas ataupun universitas. Hal unik yang sampai sekarang aku sesali yaitu aku pernah jatuh kedalam luka yang dalam (#lebay) karena aku tidak mendapatkan beasiswa hingga sekarang. Hahaha, aku hanya tersenyum mengingat itu semua yang kulakukan di atas ranjang hingga pagi aku terus berdoa kepada Tuhanku untuk meminta jawaban yang dapat menjawab empat usahaku melamar beasiswa yang berujung penolakan. Oke, aku akui aku memang termasuk golongan menengah dikelas masyarakat, aku tidak begitu penting dalam list beasiswa karena kebanyakan beasiswa mencantumkan “hanya untuk golongan tidak mampu”. Sudahlah aku pasrah saja, karena yang penting orang tuaku selalu berpesan, Ayah dan Ibu masih mampu membiayai kamu. Hal itu yang terakhir mereka katakan sebelum aku merantau ke Depok. Tapi, aku kan pengen dibilang “Wah hebat, kamu mendapat beasiswa bla-bla-bla” aku kan pengen ikut pelatihan softskill yang diberikan oleh beasiswa bla-bla-bla, aku kan pengen bla-bla-bla hahaha.  Hey, jadi itu yang aku kejar selama ini yang aku sadari sangatlah SALAH BESAR. Aku bersyukur pada Tuhan, aku tidak mendapat beasiswa sampai sekarang karena Tuhan sangat pengasih dengan memberikannya kepada orang-orang yang SANGAT membutuhkan. Oke refleksi umur 20 tahun kuliah non-beasiswa sudah terjawab.  Tapi, aku tidak mau menyerah untuk terus mencoba dan mencoba untuk mendapatkan beasiswa dengan perubahan orientasi dari sekedar ingin mendapat pengakuan menjadi orang yang benar-benar sangat membutuhkan. Terlebih, impian besarku adalah kuliah di Perancis dengan mengambil master hydrodinamics and propulsion di Ecole de Nantes (Amin) dan itu tidak mungkin dengan biaya sendiri karena latar belakang keluargaku yang hanya di golongan menengah. Tidak salahkan bermimpi, karena kata Andrea Hirata saja “Bermimpilah, karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpi itu”. Oke aku akan bermimpi dan berusaha dengan bersandarkan pada Tuhanku yang amat baik.

Teman-teman yang hebat hingga target pembullyan

Dua puluh tahun, banyak kenalan dari sekedar kenalan nama terus lupa, dari sekedar teman satu visi hingga menjadi pengurus organisasi, dari sekedar teman seperjuangan menghadapi MADK Teknik hingga menjadi teman akrab dan membawa pengaruh positif, dari sekedar teman seiman hingga menjadi TTM (mau ditembak eh ternyata sudah keduluan), dari sekedar kenalan di suatu event kepanitiaan hingga menjadi teman WA dan BBM, dari sekedar kenalan di PIMNAS hingga menjadi sebuah keluarga baru, dari sekedar kenalan di event nasional eh ternyata pernah ngartis, dan banyak lainnya yang dimulai dari kata “sekedar”. Teman-temanku adalah orang hebat , banyak diantara mereka yang akhirnya memberikan aku teladan yang memengaruhi hidupku. Banyak dari mereka yang mengajarkan aku tentang hal yang aku anggap tidak penting, sekarang aku memandangnya sangat penting sekali. Banyak juga diantara mereka yang mencemooh perilaku aku yang kata mereka terlalu “lebay” what?? Hahaha aku tertawa sajalah sudah dua puluh tahun, sudah sepuluh tahun aku menjadi target pembullyan teman-teman sekelas, ingat sekali ketika aku SMP dan saat itu ada pagelaran kelas kebetulan aku ditunjuk oleh guruku untuk menyanyi dengan iringan ansambel teman-teman sekelas. Antara iya malu dan pertama kali tampil di depan banyak orang aku gerogi tentu, saat hari H, aku sakit karena terlalu capek mungkin hingga suaraku serak-serak dan memaksa untuk terus bernyanyi dan tahu sendirilah aku mendapat cercaan karena banyak yang bilang fals-fals. Terlebih dibelakang panggung teman-teman sekelas ku ada yang terang-terangan berkata “ Padahal suaranya (gue) jelek...” Oke fine saat itu masih childish sekali dan apa akibatnya? Trauma untuk tampil didepan umum hingga sekarang. Oke itu sepenggal sejarah yang menurutku sangat menyakitkan untuk dingat tapi kembali lagi ke lagu lama “Terlalu pahit untuk dikenang tetapi terlalu manis untuk di buang”

Namun, aku sesalkan mengapa di usia yang  sudah beranjak dewasa ini, dilingkungan perkuliahan bahkan masih saja ada yang senang untuk mencerca orang lain di muka umum apakah mereka haus akan perhatian atau memang merasa dirinya adalah manusia paling perfect didunia ini? Biarkan mereka yang menjawabnya. Hanya saja sebagai target pembullyan yang sudah kebal dengan cercaan aku memandangnya sebagai kopi pahitnya kehidupan. Pikir saja, apa enak jika hidup kita hanya manis-manis saja? Lurus-lurus saja mengikuti alur? Ibarat kapal yang terombang-ambing arus laut tanpa ada nahkoda. Aku belajar bagaimana dari perkataan orang lain yang menyakitkan itu, menjadi cambuk kehidupanku untuk menjadi orang hebat seperti teman-teman disekitarku. Aku belajar bagaimana aku harus bersikap, bagaimana aku menjadi pendengar yang baik, menjadi pribadi yang penuh rasa syukur akan kekuranganku karena cercaan yang aku dapatkan dari teman-temanku. Ya itu sejarah pertemanan aku dengan orang-orang hebat yang mengubah aku menjadi pribadi yang takut akan Tuhan dan selalu bersyukur.





Ini orang-orang hebat



Terima kasih untuk para pembaca yang meluangkan waktunya untuk mampir ke blog saya ini, dengan rasa hormat saya ucapkan terima kasih dan minta maaf bila ada beberapa kalimat yang menurut anda kurang berkenan, tetapi inilah saya apa adanya dan harapanku terbesar dalam ulang tahunku yaitu aku ingin Pemuda Indonesia dapat menjadi penerus bangsa yang ANTI KORUPSI ,CINTA TANAH AIR dan TAKUT  AKAN TUHAN