Hari ini, dua puluh tahun yang lalu tepatnya
pukul 23.30 aku dilahirkan ke dunia oleh seorang wanita hebat dalam perjalanan hidupku,
Ibuku. Ibu dan Ayahku yang selalu mendukung segala aktivitasku, yang tak
berhenti-hentinya aku selalu meminta doa dari orang tua untuk kesuksesan
hidupku. Terima kasih untuk kedua orang tuaku di Kebumen, Jawa Tengah. Aku
merantau ke tanah kelahiranku, Depok untuk mendapatkan gelar strata satu
mengejar apa yang Tuhan kehendakan kepadaku.
Aku
melihat kronologi profilku di facebook, hmm ujarku, begitu banyak teman-teman
yang mengucapkan selamat ulang tahun kepadaku, tidak hanya itu dari pagi tadi
hingga malam ini, banyak pesan, WA bahkan BBM masuk ke handphoneku untuk
sekedar mengucapkan selamat ulang tahun. Aku berfikir lagi, ternyata banyak
yang peduli kepadaku, banyak yang masih mau meluangkan waktunya untuk sekedar
menulis ucapan selamat kepadaku. Teman-teman tercinta, aku menghormati kalian
sebagai temanku, pengisi kehidupanku selama dua puluh tahun perjalananku. Aku senang,
Tuhanku yang amat baik memberikan teman-teman yang begitu sayang kepadaku ya
aku tuliskan lagi “Aku sangat Bersyukur”. Hanya ucapan terima kasih saja yang
mampu kuucapkan kepada teman-temanku disana semoga kita semua dapat menjadi pemuda bangsa yang mencintai bangsa
dan negara ini.
Masuk Kuliah dengan
Keajaiban
Ajaib dan tidak percaya,
sampai sekarang aku merasakan mukjizat Tuhan yang paling nyata dalam kehidupanku.
Aku akan bercerita ketika di masa akhir SMA dimana teman-temanku sudah masuk
bimbingan SNMPTN tertulis untuk persiapan masuk kuliah namun aku justru
terjebak dengan seleksi masuk sekolah tinggi STIS. Menjadi polisi adalah kata
pertama yang Ayahku katakan ketika aku sudah lulus SMA. Ayahku seorang polisi
yang sekarang bertugas di Wonosobo, beliau adalah salah satu dari juri untuk
masuk AKPOL, Semarang. Mungkin bagi pembaca, itu adalah kesempatan bagus? Tetapi
aku tentu tidak menutup mata dengan segala kekuranganku, background keluargaku
dan lain-lainya setelah aku pertimbangankan dengan matang-matang aku berkata
kepada Ayahku bahwa aku ingin masuk sekolah tinggi dan menolak menjadi seorang
POLISI.
Bulan Mei 2011, aku
mendaftarkan diri sebagai calon dari murid STIS diantara 3000 pendaftar lebih
dan puji Tuhan aku lolos tahap administrasi, seleksi tes tertulis hingga
psikotes yang dikerucutkan menjadi 100 orang. Di bulan itu, banyak
teman-temanku yang sudah les sana-sini tetapi aku yakin akan masuk sekolah tinggi
tersebut karena tinggal beberapa tahap lagi. Sebelum itu, aku secara beruntung
masuk dalam 25 besar siswa dikelas yang berhak mendapat kesempatan undangan ke
perguruan tinggi negeri karena saat itu kami sebagai kelinci percobaan untuk
SNMPTN Undangan. Tebak aku diperingkat berapa? 21 dari 25 jadi aku tidak
menaruh harapan besar pada kesempatan itu maka aku menulis saja secara asal
dengan Universitas pertama yaitu UI jurusan Sistem Informasi, Teknik Perkapalan
dan Sastra Jepang. Universitas kedua yaitu UGM jurusan teknik mesin, dan teknik
Nuklir. Apa mau dikata, pengumuman akhir bulan Mei 2011 ternyata tidak
meloloskan aku untuk masuk ke sekolah tinggi tersebut. Oke SNMPTN tertulis siap
didepan mata dengan tanpa persiapan, aku sempat menyesal kenapa aku tidak masuk
POLISI saja yang peluang masuknya lebih besar. Dengan kerendahan hati aku
selalu berdoa pada Tuhan, Ingat sekali kata-kataku begini “ Tuhan, aku
pasrahkan masa depanku kepadamu, aku percaya Engkau memberikan yang terbaik
untukku agar aku bisa membahagiakan orang tuaku kelak”. Aku termenung dan
selalu bersedih dikala itu hingga malam prom night SMA diadakan, ternyata hari
itu bertepatan dengan pengumuman SNMPTN Undangan, aku melihat banyak
teman-teman yang tidak diterima dengan peringkat diatasku. Aku menjadi putus
asa kala itu, aku yakin aku tidak akan diterima karenaku memilih secara asal.
Deng-deng ternyata aku diterima di UI dengan jurusan Teknik Perkapalan. Bahagia
kala itu namun satu yang menjadi pahit dikala temanku berkata “Pet kan yang
paling bagus perkapalan ITS, UI mah jelek kalau perkapalannya” aku jawab dengan
kata “Bodo amat yang penting aku diterima haha”. Ternyata benar saja perkapalan
UI masih akreditasi B, dengan bangga aku tulis seperti itu karena memang tidak
mudah menjadi A apalagi di universitas
yang nomor satu di Indonesia tetapi prospek kerja setelah aku lulus ternyata
melimpah, namun prodinya sendiri masih jarang-jarang di Indonesia dan aku
sangat bersukur pada Tuhan, ini keajaiban yang aku terima selama hidupku dan
aku akan terus bersaksi bahwa Engkau real nyata dalam kehidupan. Satu yang menjadi pelajaran adalah janganlah
kita merasa takut dengan apa yang belum pernah terjadi pada diri kita SENDIRI
dan jangan lupakan Tuhan dalam setiap pengambil keputusan dalam hidupmu.
Tidak mendapat beasiswa
Duduk di bangku kuliah di universitas yang terkenal
di Indonesia, bolehlah sedikit bangga. Apalagi disemester lima yang notabenenya
sudah mencapai level ketiga sebagai mahasiswa, ya sudah besar sudah cukup untuk
memimpin kepengurusan di tingkat fakultas ataupun universitas. Hal unik yang
sampai sekarang aku sesali yaitu aku pernah jatuh kedalam luka yang dalam (#lebay)
karena aku tidak mendapatkan beasiswa hingga sekarang. Hahaha, aku hanya
tersenyum mengingat itu semua yang kulakukan di atas ranjang hingga pagi aku
terus berdoa kepada Tuhanku untuk meminta jawaban yang dapat menjawab empat usahaku
melamar beasiswa yang berujung penolakan. Oke, aku akui aku memang termasuk
golongan menengah dikelas masyarakat, aku tidak begitu penting dalam list
beasiswa karena kebanyakan beasiswa mencantumkan “hanya untuk golongan tidak
mampu”. Sudahlah aku pasrah saja, karena yang penting orang tuaku selalu
berpesan, Ayah dan Ibu masih mampu membiayai kamu. Hal itu yang terakhir mereka
katakan sebelum aku merantau ke Depok. Tapi, aku kan pengen dibilang “Wah
hebat, kamu mendapat beasiswa bla-bla-bla” aku kan pengen ikut pelatihan
softskill yang diberikan oleh beasiswa bla-bla-bla, aku kan pengen bla-bla-bla
hahaha. Hey, jadi itu yang aku kejar
selama ini yang aku sadari sangatlah SALAH BESAR. Aku bersyukur pada Tuhan, aku
tidak mendapat beasiswa sampai sekarang karena Tuhan sangat pengasih dengan
memberikannya kepada orang-orang yang SANGAT membutuhkan. Oke refleksi umur 20
tahun kuliah non-beasiswa sudah terjawab.
Tapi, aku tidak mau menyerah untuk terus mencoba dan mencoba untuk
mendapatkan beasiswa dengan perubahan orientasi dari sekedar ingin mendapat
pengakuan menjadi orang yang benar-benar sangat membutuhkan. Terlebih, impian
besarku adalah kuliah di Perancis dengan mengambil master hydrodinamics and
propulsion di Ecole de Nantes (Amin) dan itu tidak mungkin dengan biaya sendiri
karena latar belakang keluargaku yang hanya di golongan menengah. Tidak salahkan
bermimpi, karena kata Andrea Hirata saja “Bermimpilah, karena Tuhan akan
memeluk mimpi-mimpi itu”. Oke aku akan bermimpi dan berusaha dengan
bersandarkan pada Tuhanku yang amat baik.
Teman-teman yang hebat
hingga target pembullyan
Dua puluh tahun, banyak kenalan dari sekedar kenalan
nama terus lupa, dari sekedar teman satu visi hingga menjadi pengurus
organisasi, dari sekedar teman seperjuangan menghadapi MADK Teknik hingga
menjadi teman akrab dan membawa pengaruh positif, dari sekedar teman seiman
hingga menjadi TTM (mau ditembak eh ternyata sudah keduluan), dari sekedar
kenalan di suatu event kepanitiaan hingga menjadi teman WA dan BBM, dari
sekedar kenalan di PIMNAS hingga menjadi sebuah keluarga baru, dari sekedar
kenalan di event nasional eh ternyata pernah ngartis, dan banyak lainnya yang
dimulai dari kata “sekedar”. Teman-temanku adalah orang hebat , banyak diantara
mereka yang akhirnya memberikan aku teladan yang memengaruhi hidupku. Banyak
dari mereka yang mengajarkan aku tentang hal yang aku anggap tidak penting,
sekarang aku memandangnya sangat penting sekali. Banyak juga diantara mereka
yang mencemooh perilaku aku yang kata mereka terlalu “lebay” what?? Hahaha aku
tertawa sajalah sudah dua puluh tahun, sudah sepuluh tahun aku menjadi target
pembullyan teman-teman sekelas, ingat sekali ketika aku SMP dan saat itu ada
pagelaran kelas kebetulan aku ditunjuk oleh guruku untuk menyanyi dengan
iringan ansambel teman-teman sekelas. Antara iya malu dan pertama kali tampil
di depan banyak orang aku gerogi tentu, saat hari H, aku sakit karena terlalu
capek mungkin hingga suaraku serak-serak dan memaksa untuk terus bernyanyi dan
tahu sendirilah aku mendapat cercaan karena banyak yang bilang fals-fals.
Terlebih dibelakang panggung teman-teman sekelas ku ada yang terang-terangan
berkata “ Padahal suaranya (gue) jelek...” Oke fine saat itu masih childish
sekali dan apa akibatnya? Trauma untuk tampil didepan umum hingga sekarang. Oke
itu sepenggal sejarah yang menurutku sangat menyakitkan untuk dingat tapi
kembali lagi ke lagu lama “Terlalu pahit untuk dikenang tetapi terlalu manis
untuk di buang”
Namun, aku sesalkan
mengapa di usia yang sudah beranjak
dewasa ini, dilingkungan perkuliahan bahkan masih saja ada yang senang untuk mencerca
orang lain di muka umum apakah mereka haus akan perhatian atau memang merasa
dirinya adalah manusia paling perfect didunia ini? Biarkan mereka yang
menjawabnya. Hanya saja sebagai target pembullyan yang sudah kebal dengan
cercaan aku memandangnya sebagai kopi pahitnya kehidupan. Pikir saja, apa enak
jika hidup kita hanya manis-manis saja? Lurus-lurus saja mengikuti alur? Ibarat
kapal yang terombang-ambing arus laut tanpa ada nahkoda. Aku belajar bagaimana
dari perkataan orang lain yang menyakitkan itu, menjadi cambuk kehidupanku
untuk menjadi orang hebat seperti teman-teman disekitarku. Aku belajar
bagaimana aku harus bersikap, bagaimana aku menjadi pendengar yang baik, menjadi
pribadi yang penuh rasa syukur akan kekuranganku karena cercaan yang aku
dapatkan dari teman-temanku. Ya itu sejarah pertemanan aku dengan orang-orang
hebat yang mengubah aku menjadi pribadi yang takut akan Tuhan dan selalu
bersyukur.
Terima kasih untuk para
pembaca yang meluangkan waktunya untuk mampir ke blog saya ini, dengan rasa
hormat saya ucapkan terima kasih dan minta maaf bila ada beberapa kalimat yang
menurut anda kurang berkenan, tetapi inilah saya apa adanya dan harapanku
terbesar dalam ulang tahunku yaitu aku ingin Pemuda Indonesia dapat menjadi
penerus bangsa yang ANTI KORUPSI ,CINTA TANAH AIR dan TAKUT AKAN TUHAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar