Petra Elang Pradana (1106023096)
1. Pengertian Sesat Pikir
Sesat pikir menurut logika tradisional adalah kekeliruan dalam penalaran berupa penarikan kesimpulan-kesimpulan dengan langkah-langkah yang tidak sah, yang disebabkan oleh dilanggarnya kaidah-kaidah logika. Jadi sesat piker poin pentingnya adalah sesuatu hal yang diperbincangkan mungkin terasa benar tetapi setelah diuji terbukti tidak benar. Sesat piker biasanya diikuti pikiran subjektif seseorang yang berupa opini semata. Menurut Copi (1986), sesat piker digolongkan menjadi dua yakni sesat pikir formal dan sesat pikir nonformal.
2. Sesat pikir formal
Penalaran ditentukan oleh bentuknya, jika tidak seduai dengan bentuk deduksi yang baku maka penalaran itu tidak sah dan tergolong sesat pikir. Sesat pikir formal dibagi lagi menjadi 10 poin penting diantaranya:
2.1 Empat term, sesat pikir jenis ini terjadi jika ada empat term yang diikutsertakan dalam silogisme padahal silogisme yang sah hanya punya tiga term. Biasanya karena pada pernyataan pertama mengandung kata yang mempunyai makna ganda jika ditambahkan keterangan lain.
2.2 Term tengah yang tidak terdistribusikan, silogisme kategoris yang term tengahnya tidak memadai menghubungkan term mayor dan term minor. Contohnya premis satu, kucing makan daging dan premis dua, Anto makan daging jadi kesimpulannya anto adalah kucing.
2.3 Proses Ilisit, perubahan yang tidak sah dari term mayor atau minor. Biasanya kesalahan jenis ini karena adanya peralihan kata keseluruhan yang merujuk pada arti sebagian saja.
2.4 Primis-premis afirmatif tetapi kesimpulannya negatif, terjadi jika dalam premis digunakan proposisi afirmatif (selalu bermakna positif)tetapi kesimpulannya menggunakan proposisi negatif (pernyataan yang menegasi sesuatu).
2.5 Premis negatif dan kesimpulan afirmatif, terjadi jika dalam premis digunakan proposisi negatif tetapi dalam kesimpulannya digunakan proposisi afirmatif.
2.6 Dua premis negatif, terjadi jika dalam silogisme kedua premis yang digunakan adalah proposisi negatif. Kesalahan jenis ini biasanya karena dalam kesimpulan tidak ada yang diturunkan dari premis-premisnya yang negatif.
2.7 Mengafirmasi konsekuensi, pembuatan kesimpulan yang diturunkan dari pernyataan yang hubungan antara anteseden dan konsekuensinya tidak niscaya tetapi diperlakukan seolah-olah hubungan itu sesuatu keniscayaan.
2.8 Menolak anteseden, pembuatan kesimpulan yang diturunkan dari pernyataan yang hubungan antara anteseden dan konsekuensinya tidak niscaya tetapi diperlakukan seolah-olah hubungan itu suatu keniscayaan.
2.9 Mengiyakan suatu pilihan dalam suatu susunan argumentasi disjungsi subkontrer, terjadi jika hubungan atau diantara dua hal diperlakukan sebagai pengingkaran oleh hal yang satu terhadap hal yang lain.
2.10Mengingkari suatu pilihan dalam suatu disjungsi yang kontrer,terjadi jika dua hal yang dihubungkan dengan kata dan diperlakukan seolah-olah nilai kebenaran dari gabungan keduanya sama dengan kebenaran dari setiap hal yang digabungkan atau nilai tidak benar yang seolah-olah salah.
3. Sesat pikir nonformal
Sesat pikir jenis ini merupakan kesalahan penarikan kesimpulan oleh karena penarikan kesimpulan ini berasal dari pikiran individualis yang merasa kesimpulannya itu benar. Jenis-jenis sesat pikir nonformal ini dibagi menjadi 19 sub bagian namun akan diterangkan lima yang paling sering digunakan oleh individu untuk menarik kesimplan yang salah. Diantaranya:
3.1 Salah guna, penyalahgunaan pertimbangan-pertimbangan yang secara logis tidak relevan misalnya premis pertama Parpol dan Golkar mendukung Orde Baru premis kedua Golkar yang melahirkan Orde Baru dan kesimpulanya menjadi Golkar yang paling mendukung Orde Baru.
3.2 Berargumen secara personal, penarikan kesimpulan berdarkan ketidaktahuannya sendiri, berdasarkan belas kasihan, berdasarkan kepentingan lain, berdasarkan cirri-ciri tak essential dan lain-lain.
3.3 Perumusan yang tergesa-gesa, didasari oleh alas an yang tak memadai atau tanpa alas an sama sekali.
3.4 Sebab yang salah, kesalahan jenis ini pembuatan kesimpulan berdasrkan satu dugaan yang tak terbukti dan tetap dipertahankan meskipun bukti menunjukan kesimpulan itu salah.
3.5 Makna ganda, argument-argumen yang menggunakan term yang bermakna ganda sehingga kesimpulannya tidak jelas dan dapat berubah-ubah berdasrkan pemaknaan terhadap term itu. Argumentasi dengan makna ganda merupakan sesat pikir karena makna kata dapat dipilih untuk maksud-maksud tertentu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar