Senin, 19 November 2012

DEPOK, My Hometown


Kalau hidup dikota besar seperti Depok, yang notabenenya sandaran ibukota Jakarta memang tidak terlepas dari permasalahan kota besar. Semenjak terpisah dari kabupaten Bogor, banyak sekali problema di Depok, selama saya tinggal disini untuk menuntut ilmu di UI sudah berapa kejadian yang menurut saya besar kerap kali terjadi di sekitar saya. Seperti setahun yang lalu mengenai penemuan senjata teroris di hutan UI yang membuat sepanjang jalan akses UI dari mako brimob sampai flyover menuju UI ramai berbaris polisi dipinggir jalan, saya masih ingat sekali tiap beberapa meter ada penjagaan ketat oleh polisi. Jalanan jadi lancar karena supir angkot 112, 129 dan D11 yang biasanya “parkir” sembarangan jadi “parkir” ditempat-tempat tertentu saja, kendaraan jadi berhenti saat lampu lalu lintas perempatan Gunadarma berwarna merah,  tidak ada yang yang tidak memakai helm,  dan masih banyak lagi yang biasanya terjadi dijalanan Akses UI seakan berubah menjadi “Singapura” yang tertib lalu lintas.

Lalu kedatangan presiden dalam rangka HUT POLRI di mako brimob, yang membuat  jalanan Akses UI jadi dipercantik terutama depan Mako Brimob dan ditertibkan pedagang kaki lima didaerah segitiga jengkol sehingga sekarang pedagang kaki lima menjadi lebih rapi dibanding tahun-tahun sebelumnya. Saya jujur takjub setelah 6 tahun kembali ke Depok, pembangunan di Depok sungguh terasa perbedaannya terutama di Jalan Margonda dan kondisi asrama Mako Brimob tempat kelahiran saya dan heran melihat jalanan samping Pura sebagai penghubung jalan menuju pasar PAL dengan jalan akses UI dari saya kecil sampai saya kembali lagi ke Depok masih saja seperti itu, rusak parah dan banyak genangan air. Kemana saja nih pemerintah kota Depok?
Selanjutnya daerah Margonda dengan jalanannya yang besar tetapi masih saja sering terjadi kemacetan. Mall-nya tambah banyak. Sekitar tahun 2000 saat saya masih SD di Tugu V Palsigunung, Depok mall yang paling ramai adalah mall Depok yang sekarang namanya D’Mall lalu Mall Cimanggis dan dulu ada Mitra yang berubah menjadi Hero dan sekarang Giant.  Sekarang dengan jumlah Mall lebih dari 5 membuat  Depok menjadi kota yang menurut saya “sakit” karena apa? Liat saja mall yang dibangun tidak jauh dari pasar tradisional dan mall yang letaknya berhadap-hadapan, pembangunan boleh saja maju tapi menurut saya harus diperhatikan juga kebutuhan warga Depok yang kurang taman kota dan ruang terbuka hijau ditengah kota. UI sering kali dijadikan tempat berlari dan berinteraksi warga Depok saat hari minggu pagi, memang hanya UI didepok tempat yang memiliki hutan kota luas, danau dan tempat bersantai sambil menikmati hijaunya UI. Tapi jika keluar dari UI, mencari tempat berteduh dikala hujan saja susah harus ke Mall atau emperan toko atau hujan-hujanan jika terjebak macet.
Landmark Margonda City Depok, Jalan Margonda

Ketimpangan pembangunan, saat saya mengikuti kegiatan sosial di salah satu desa di Depok, membuka mata saya bahwa hiruk pikuknya di margonda tidak berdampak pada daerah pinggiran Depok. Ekonomi didesa itu rata-rata. Saya tidak berani menyebutkan nama desa itu karena suatu hal. Jalanannya masih tanah belum beraspal dan saat mengunjungi salah satu keluarga untuk memberikan sembako, disambut bak raja yang memberikan upeti, keluarga itu menangis dihadapan saya karena sembako yang kami berikan. Sungguh terenyuh hati saya di kala pemerintah Depok gencar-gencarnya menerapkan program sehari tanpa nasi, masih ada loh keluarga bahkan mungkin banyak yang belum bisa menikmati nasi.
                Kabar terbaru adalah banjir yang lokasinya hanya beberapa ratus meter dari rumah saya daerah Bukit Cengkeh. Daerah itu memang biasa langganan banjir, namun menurut saya yang kemarin itu adalah banjir kategori parah. Setiap melewati daerah itu yang memiliki sungai aliran kecil dan dipenuhi sampah, sering kali terpikirkankalau begini pasti banjir suatu saat nanti. Salahkan alam, tidak ada gunanya karena faktor manusia juga. Warga Depok perlu nih kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan yang bersih sehingga bersahabat dengan manusia. Pemberitaan tentang telatnya tanggap kota Depok menangggapi bencana banjir ini menjadi sorotan media massa. Petugas puskesmas Tugu yang terdekat dengan lokasi banjir dikabarkan baru mengetahui ada bencana banjir sehari kemudian dan bantuan datang juga sehari kemudian. Itulah hiruk pikuk masalah di kota kelahiran saya yang sudah membuat catatan sejarah yang akan diingat sepanjang masa. Semangat buat Depokku yang lebih baik dan semoga bisa menjadi kota Cyber City seperti yang tertulis pada reklame saat menuju margonda dari arah akses UI. Sekian Terima Kasih. 

2 komentar:

  1. Bagus sekali artikelnya, memang musim hujan kali ini jauh lebih lebat dibandingkan tahun lalu, hal itu mungkin juga menjadi salah satu penyebab banjir tersebut. Keep posting :D

    BalasHapus