Kalau hidup dikota besar seperti
Depok, yang notabenenya sandaran ibukota Jakarta memang tidak terlepas dari permasalahan
kota besar. Semenjak terpisah dari kabupaten Bogor, banyak sekali problema di
Depok, selama saya tinggal disini untuk menuntut ilmu di UI sudah berapa
kejadian yang menurut saya besar kerap kali terjadi di sekitar saya. Seperti
setahun yang lalu mengenai penemuan senjata teroris di hutan UI yang membuat
sepanjang jalan akses UI dari mako brimob sampai flyover menuju UI ramai
berbaris polisi dipinggir jalan, saya masih ingat sekali tiap beberapa meter
ada penjagaan ketat oleh polisi. Jalanan jadi lancar karena supir angkot 112,
129 dan D11 yang biasanya “parkir” sembarangan jadi “parkir” ditempat-tempat
tertentu saja, kendaraan jadi berhenti saat lampu lalu lintas perempatan
Gunadarma berwarna merah, tidak ada yang
yang tidak memakai helm, dan masih
banyak lagi yang biasanya terjadi dijalanan Akses UI seakan berubah menjadi “Singapura”
yang tertib lalu lintas.
Lalu kedatangan presiden dalam
rangka HUT POLRI di mako brimob, yang membuat jalanan Akses UI jadi dipercantik terutama depan
Mako Brimob dan ditertibkan pedagang kaki lima didaerah segitiga jengkol
sehingga sekarang pedagang kaki lima menjadi lebih rapi dibanding tahun-tahun
sebelumnya. Saya jujur takjub setelah 6 tahun kembali ke Depok, pembangunan di
Depok sungguh terasa perbedaannya terutama di Jalan Margonda dan kondisi asrama
Mako Brimob tempat kelahiran saya dan heran melihat jalanan samping Pura
sebagai penghubung jalan menuju pasar PAL dengan jalan akses UI dari saya kecil
sampai saya kembali lagi ke Depok masih saja seperti itu, rusak parah dan
banyak genangan air. Kemana saja nih pemerintah kota Depok?
Selanjutnya daerah Margonda
dengan jalanannya yang besar tetapi masih saja sering terjadi kemacetan.
Mall-nya tambah banyak. Sekitar tahun 2000 saat saya masih SD di Tugu V
Palsigunung, Depok mall yang paling ramai adalah mall Depok yang sekarang
namanya D’Mall lalu Mall Cimanggis dan dulu ada Mitra yang berubah menjadi Hero
dan sekarang Giant. Sekarang dengan
jumlah Mall lebih dari 5 membuat Depok
menjadi kota yang menurut saya “sakit” karena apa? Liat saja mall yang dibangun
tidak jauh dari pasar tradisional dan mall yang letaknya berhadap-hadapan,
pembangunan boleh saja maju tapi menurut saya harus diperhatikan juga kebutuhan
warga Depok yang kurang taman kota dan ruang terbuka hijau ditengah kota. UI
sering kali dijadikan tempat berlari dan berinteraksi warga Depok saat hari
minggu pagi, memang hanya UI didepok tempat yang memiliki hutan kota luas,
danau dan tempat bersantai sambil menikmati hijaunya UI. Tapi jika keluar dari
UI, mencari tempat berteduh dikala hujan saja susah harus ke Mall atau emperan
toko atau hujan-hujanan jika terjebak macet.
Landmark Margonda City Depok, Jalan Margonda
Ketimpangan pembangunan, saat
saya mengikuti kegiatan sosial di salah satu desa di Depok, membuka mata saya
bahwa hiruk pikuknya di margonda tidak berdampak pada daerah pinggiran Depok.
Ekonomi didesa itu rata-rata. Saya tidak berani menyebutkan nama desa itu
karena suatu hal. Jalanannya masih tanah belum beraspal dan saat mengunjungi
salah satu keluarga untuk memberikan sembako, disambut bak raja yang memberikan
upeti, keluarga itu menangis dihadapan saya karena sembako yang kami berikan.
Sungguh terenyuh hati saya di kala pemerintah Depok gencar-gencarnya menerapkan
program sehari tanpa nasi, masih ada loh keluarga bahkan mungkin banyak yang
belum bisa menikmati nasi.
Kabar
terbaru adalah banjir yang lokasinya hanya beberapa ratus meter dari rumah saya
daerah Bukit Cengkeh. Daerah itu memang biasa langganan banjir, namun menurut
saya yang kemarin itu adalah banjir kategori parah. Setiap melewati daerah itu
yang memiliki sungai aliran kecil dan dipenuhi sampah, sering kali terpikirkankalau
begini pasti banjir suatu saat nanti. Salahkan alam, tidak ada gunanya karena
faktor manusia juga. Warga Depok perlu nih kesadaran akan pentingnya menjaga
lingkungan yang bersih sehingga bersahabat dengan manusia. Pemberitaan tentang
telatnya tanggap kota Depok menangggapi bencana banjir ini menjadi sorotan
media massa. Petugas puskesmas Tugu yang terdekat dengan lokasi banjir
dikabarkan baru mengetahui ada bencana banjir sehari kemudian dan bantuan
datang juga sehari kemudian. Itulah hiruk pikuk masalah di kota kelahiran saya
yang sudah membuat catatan sejarah yang akan diingat sepanjang masa. Semangat
buat Depokku yang lebih baik dan semoga bisa menjadi kota Cyber City seperti
yang tertulis pada reklame saat menuju margonda dari arah akses UI. Sekian
Terima Kasih.
Bagus sekali artikelnya, memang musim hujan kali ini jauh lebih lebat dibandingkan tahun lalu, hal itu mungkin juga menjadi salah satu penyebab banjir tersebut. Keep posting :D
BalasHapusThanks rik,
BalasHapus